Marquee teks

Kamis, 20 Oktober 2016

Sejarah & Tempat Wisata Di Purworejo

                                      Sejarah Purworejo

Hasil gambar untuk purworejo
Simbol PURWOREJO
Hamparan wilayah yang subur di Jawa Tengah Selatan antara Sungai Progo dan Cingcingguling sejak jaman dahulu kala merupakan kawasan yang dikenal sebagai wilayah yang masuk Kerajaan Galuh. Oleh karena itu menurut Profesor Purbocaraka, wilayah tersebut disebut sebagai wilayah Pagaluhan dan kalau diartikan dalam bahasa Jawa, dinamakan : Pagalihan. Dari nama “Pagalihan” ini lama-lama berubah menjadi : Pagelen dan terakhir menjadi Bagelen. Di kawasan tersebut mengalir sungai yang besar, yang waktu itu dikenal sebagai sungai Watukuro. Nama “ Watukuro “ sampai sekarang masih tersisa dan menjadi nama sebuah desa terletak di tepi sungai dekat muara, masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Di kawasan lembah sungai Watukuro masyarakatnya hidup makmur dengan mata pencaharian pokok dalam bidang pertanian yang maju dengan kebudayaan yang tinggi.

Pada bulan Asuji tahun Saka 823 hari ke 5, paro peteng, Vurukung, Senin Pahing (Wuku) Mrgasira, bersamaan dengan Siva, atau tanggal    5 Oktober 901 Masehi, terjadilah suatu peristiwa penting, pematokan Tanah Perdikan (Shima). Peristiwa ini dikukuhkan dengan sebuah prasasti batu andesit yang dikenal sebagai prasasti Boro Tengah atau Prasasti Kayu Ara Hiwang.


Prasasti yang ditemukan di bawah pohon Sono di dusun Boro tengah, sekarang masuk wilayah desa Boro Wetan Kecamatan Banyuurip dan sejak tahun 1890 disimpan di Museum Nasional Jakarta Inventaris D 78 Lokasi temuan tersebut terletak di tepi sungai Bogowonto, seberang Pom Bensin Boro.


Dalam Prasasti Boro tengah atau Kayu Ara Hiwang tersebut diungkapkan, bahwa pada tanggal 5 Oktober 901 Masehi, telah diadakan upacara besar yang dihadiri berbagai pejabat dari berbagai daerah, dan menyebut-nyebut nama seorang tokoh, yakni : Sang Ratu Bajra, yang diduga adalah Rakryan Mahamantri/Mapatih Hino Sri Daksottama Bahubajrapratipaksaya atau Daksa yang di identifikasi sebagai adik ipar Rakal Watukura Dyah Balitung dan dikemudian hari memang naik tahta sebagai raja pengganti iparnya itu.


Pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima) Kayu Ara Hiwang dilakukan oleh seorang pangeran, yakni Dyah Sala (Mala), putera Sang Bajra yang berkedudukan di Parivutan.


Pematokan tersebut menandai, desa Kayu Ara Hiwang dijadikan Tanah Perdikan(Shima) dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, namun ditugaskan untuk memelihara tempat suci yang disebutkan sebagai “parahiyangan”. Atau para hyang berada.


Dalam peristiwa tersebut dilakukan pensucian segala sesuatu kejelekan yang ada di wilayah Kayu Ara Hiwang yang masuk dalam wilayah Watu Tihang.


“ … Tatkala Rake Wanua Poh Dyah Sala Wka sang Ratu Bajra anak wanua I Pariwutan sumusuk ikanang wanua I Kayu Ara Hiwang watak Watu Tihang …”


Wilayah yang dijadikan tanah perdikan tersebut juga meliputi segala sesuatu yang dimiliki oleh desa Kayu Ara Hiwang antara lain sawah, padang rumput, para petugas (Katika), guha, tanah garapan (Katagan), sawah tadah hujan (gaga).


Disebut-sebutnya “guha” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang tersebut ada dugaan, bahwa guha yang dimaksud adalah gua Seplawan, karena di dekat mulut gua Seplawan memang terdapat bangunan suci Candi Ganda Arum, candi yang berbau harum ketika yoninya diangkat. Sedangkan di dalam gua tersebut ditemukan pula sepasang arca emas dan perangkat upacara. Sehingga lokasi kompleks gua Seplawan di duga kuat adalah apa yang dimaksud sebagai “parahyangan” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang.


Upacara 5 Oktober 901 M di Boro Tengah tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 15 pejabat dari berbagai daerah, antara lain disebutkan nama-nama wilayah : Watu Tihang (Sala Tihang), Gulak, Parangran Wadihadi, Padamuan (Prambanan), Mantyasih (Meteseh Magelang), Mdang, Pupur, Taji (Taji Prambanan) Pakambingan, Kalungan (kalongan, Loano).


Kepada para pejabat tersebut diserahkan pula pasek-pasek berupa kain batik ganja haji patra sisi, emas dan perak. Peristiwa 5 Otober 901 M tersebut akhirnya pada tanggal 5 Oktober 1994 dalam sidang DPRD Kabupaten Purworejo dipilih dan ditetapkan untuk dijadikan Hari jadi Kabupaten Purworejo. Normatif, historis, politis dan budaya lokal dari norma yang ditetapkan oleh panitia, yakni antara lain berdasarkan pandangan Indonesia Sentris.


Perlu dicatat, bahwa sejak jaman dahulu wilayah Kabupaten Purworejo lebih dikenal sebagai wilayah Tanah Bagelen. Kawasan yang sangat disegani oleh wilayah lain, karena dalam sejarah mencatat sejumlah tokoh. Misalnya dalam pengembangan agama islam di Jawa Tengah Selatan, tokoh Sunan Geseng diknal sebagai muballigh besar yang meng-Islam-kan wilayah dari timur sungai Lukola dan pengaruhnya sampai ke daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupatn Magelang.


Dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para Kenthol Bagelen adalah pasukan andalan dari Sutawijaya yang kemudian setelah bertahta bergelar Panembahan Senapati. Dalam sejarah tercatat bahwa Kenthol Bagelen sangat berperan dalam berbagai operasi militer sehingga nama Begelen sangat disegani.


Paska Perang Jawa, kawasan Kedu Selatan yang dikenal sebagai Tanah Bagelen dijadikn Karesidenan Bagelen dengan Ibukota di Purworejo, sebuah kota baru gabungan dari 2 kota kuno, Kedungkebo dan Brengkelan.


Pada periode Karesidenan Begelen ini, muncul pula tokoh muballigh Kyai Imam Pura yang punya pengaruh sampai ke Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula tokoh Kyai Sadrach, penginjil Kristen plopor Gereja Kristen Jawa (GKJ).


Dalam perjalanan sejarah, akibat ikut campur tangannya pihak Belanda dalam bentrokan antara para bangsawan kerajaan Mataram, maka wilayah Mataram dipecah mejadi dua kerajaan. Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Tanah Bagelen akibat Perjanjian Giyanti 13 pebruari 1755 tersebut sebagai wilayah Negara Gung juga dibagi, sebagian masuk ke Surakarta dan sebagian lagi masuk ke Yogyakarta, namun pembagian ini tidak jelas batasnya sehingga oleh para ahli dinilai sangat rancu diupamakan sebagai campur baur seperti “rujak”.


Dalam Perang Diponegoro abad ke XIX, wilayah Tanah Bagelen menjadi ajang pertempuran karena pangeran Diponegoro mndapat dukungan luas dari masyarakat setempat. Pada Perang Diponegoro itu, wilayah Bagelen dijadikan karesidenan dan masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda dengan ibukotanya Kota Purworejo. Wilayah karesidenan Bagelen dibagi menjadi beberapa kadipaten, antara lain kadipaten Semawung (Kutoarjo) dan Kadipaten Purworejo dipimpin oleh Bupati Pertama Raden Adipati Cokronegoro Pertama. Dalam perkembangannya, Kadipaten Semawung (Kutoarjo) kemudian digabung masuk wilayah Kadipaten Purworejo.


Dengan pertimbangan strategi jangka panjang, mulai 1 Agustus 1901, Karesienan Bagelen dihapus dan digabungkan pada karesidenan kedu. Kota Purworejo yang semula Ibu Kota Karesidenan Bagelen, statusnya menjadi Ibukota Kabupaten.


Tahun 1936, Gubernur Jenderal Hindia belanda merubah administrasi pemerintah di Kedu Selatan, Kabupaten Karanganyar dan Ambal digabungkan menjdi satu dengan kebumen dan menjadi Kabupaten kebumen. Sedangkan Kabupaten Kutoarjo juga digabungkan dengan Purworejo, ditambah sejumlah wilayah yang dahulu masuk administrasi Kabupaten Urut Sewu/Ledok menjadi Kabupaten Purworejo. Sedangkan kabupaten Ledok yang semula bernama Urut Sewu menjadi Kabupaten Wonosobo.


Dalam perkembangan sejarahnya Kabupaten Purworejo dikenal sebagai pelopor di bidang pendidikan dan dikenal sebagai wilayah yang menghasilkan tenaga kerja di bidang pendidikan, pertanian dan militer.


Tokoh-tokoh yang muncul antara lain WR Supratman Komponis lagu Kebangsaan “Indonesia raya”. Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal A. Yani, Sarwo Edy Wibowo dan sebagainya.


Para tokoh maupun tenaga kerja di bidang pertanian pendidikan, militer, seniman dan pekerja lainnya oleh masyarakat luas di tanah air dikenal sebagai orang-orang Bagelen, nama kebangsaan dan yang disegani baik di dalam maupun di luar negeri.

Hasil gambar untuk patung purworejo lengkap
Monumen A. Yani
Hasil gambar untuk sejarah purworejo lengkap
Hasil gambar untuk patung purworejo lengkap
Arca Emas Yg Terletak Di Goa Seplawan

Hasil gambar untuk sejarah purworejo lengkap
Bedug Purworejo



(Sumber: Buku POTENSI WISATA PURWOREJO – Yayasan Arahiwang Purworejo Jakarta).


Tempat Wisata di Purworejo Yang Wajib Anda Kunjungi

Berikut adalah beberapa tempat wisata di Purworejo yang wajib anda kunjungi.
1. Curug Silangit
Curug Silangit Tempat Wisata di Purworejo Curug Silangit merupakan tempat wisata di Purworejo yang menjadi aset wisata kota Purworejo. Dinamakan Curug Silangit karena ketinggian curug ini mencapai 50 meter yang dibagi atas 3 tingkatan curug. Pada curug paling atas setinggi 30meter, curug kedua dan ketiga memiliki tinggi yang sama yaitu 10 meter. Tapi jika anda bermain air di sekitar curug ini sebaiknya hati-hati karena jika anda tidak bisa berenang sebaiknya anda bermain di tepian saja. Curug ini dikenal memiliki kedalaman kedung yang sangat dalam. Akses ke Curug Silangit dapat ditempuh dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi dan letaknya pun mudah dijangkau karena lokasinya berada di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
2. Wisata Alam Hutan Purworejo
Bumi Perkemahan Kusumo Asri di Purworejo Keindahan alam Purworejo memang sangat potensial, hal ini dibuktikan dengan adanya wisata alam bernuansa hutan yang sangat dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah Purworejo. Tempat wisata di Purworejo ini juga merupakan perkemahan yang bisa juga digunakan untuk sarana outbond dan kegiatan adventure dengan keindahan hutan pinusnya. Di wisata alam hutan ini juga terdapat kebun binatang mini yang memiliki koleksi binatang yang terawat dan bersahabat bagi anak-anak. WIsata Alam Hutan Purworejo atau biasa disebut Kusumo Asri ini terletak di Desa Mayungsari, Kecamatan Bener, Purworejo.
3. Pantai Jatimalang
Ombak Besar di Pantai Jatimalang Purworejo Keindahan Pantai Jatimalang sudah menjadi idola para wisatawan jika sedang berkunjung ke Purworejo. Sehingga tidak asing jika banyak di sekitar pantai sudah menjadi bangunan-bangunan untuk berjualan atau sekedar menyediakan tempat istirahat para wisatawan. Pantai Jatimalang menawarkan keindahan pantai laut selatan pulau Jawa yang dikenal memiliki ombak yang cukup besar tetapi masih bisa digunakan untuk bermain. Pantai Jatimalang berada di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, atau berjarak sekitar 18 km dari pusat Kota Purworejo
4. Pantai Ketawang
Pantai Ketawang Tempat Wisata di Purworejo Pantai Ketawang merupakan tempat wisata di Purworejo yang masih asri dan natural. Masih sedikit bangunan yang menunjang akses pantai meskipun terbilang cukup dekat dengan pusat kota. Keadaan pantai masih sepi pengunjung karena belum terjamah para investor, padahal potensi Pantai Ketawang sangat indah. Jika anda berkunjung ke Pantai Ketawang dan jika beruntung akan menjumpai lomba balap kuda yang diadakan warga setempat di Pantai Ketawang. Namun kegiatan ini sangat jarang anda temui karena belum menjadi kegiatan rutin warga setempat. Jika anda tertarik mengunjungi Pantai Ketawang, silahkan datang ke di Desa Ketawang, Kecamatan Grabag, atau berjarak sekitar 22 km dari pusat Kota Purworejo.
5. Masjid Agung Purworejo
Masjid Agung Purworejo Masjid Agung Purworejo digunakan sebagai tempat ibadah utama di Purworejo bagi masyarakat muslim. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Purworejo juga terkadang dijadikan tempat wisata di Purworejo yang banyak diminati pengunjung. Di masjid agung ini anda akan menjumpai sebuah bedug tua yang pembuatannya sekitar tahun 1800 an dan berdiameter 2 meter, akan terlihat sangat besar untuk ukuran sebuah bedug. Keistimewaaan bedug ini adalah bahwa bedug ini hanya digunakan pada saat hari raya dan selama bulan ramadhan saja.
6. Museum Tosan Aji
Museum Tosan Aji atau dikenal dengan nama Museum Pusaka ini menjadi tempat wisata di Purworejo yang menyimpan sejarah yang tinggi. Banyak peninggalan pusaka jaman kerajaan yang disimpan di Museum Tosan Aji. Banyak Pusaka yang dulunya berasal dari tanah Jawa disimpan di museum ini. Museum ini menghadirkan suasana masa lampau dengan kelengkapan koleksi pusaka tanah Jawa.
Nah, demikian pembahasan dari saya mengenai keindahan tempat wisata di Purworejo yang dapat anda kunjungi. Sebenarnya masih banyak lagi potensi alam di Purworejo yang belum dikelola baik dari pihak pemerintah. Maka kita tunggu saja wisata apa yang akan ditawarkan Purworejo di kemudian hari.

1 komentar:

  1. Casino | JTM Hub
    Casino is the premier entertainment, dining 과천 출장안마 and 제주 출장마사지 shopping destination 제주도 출장안마 in Oklahoma. Featuring a variety of entertainment options and 춘천 출장안마 an array 오산 출장안마 of gaming Jun 14, 2020 · Uploaded by JTM

    BalasHapus